Isaac Newton – Siapa yang tak kenal Isaac Newton? Sosok yang sering ditempatkan di singgasana paling tinggi dalam sejarah ilmu pengetahuan. Hukum gravitasi, kalkulus, optika—semuanya membawa nama Newton sebagai pionir. Tapi siapa sangka, di balik kejeniusannya yang revolusioner, tersembunyi sisi gelap yang jarang di bicarakan: ketakutan mendalam terhadap kritik.
Newton bukan sekadar ilmuwan biasa. Ia adalah simbol kecerdasan manusia, tetapi juga simbol betapa rapuhnya ego seorang pemikir besar. Dalam banyak surat dan catatan pribadinya, Newton menunjukkan sikap defensif yang luar biasa terhadap pandangan yang berseberangan slot server thailand. Ia bukan tipe yang suka perdebatan terbuka—Newton lebih memilih menghindar daripada mempertahankan gagasannya di hadapan kritik tajam.
Kamar Sunyi Sang Pemikir
Newton menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam kesendirian. Ia tidak menikah, nyaris tidak punya sahabat sejati, dan menghindari keramaian ilmiah seperti pesta atau pertemuan akademis. Ia lebih nyaman mengurung diri di kamarnya, menciptakan dunia sendiri dari angka dan teori. Tapi jangan salah—ini bukan hanya soal introversi. Ini tentang kekhawatiran ekstrem akan di hakimi dan di permalukan di depan umum.
Saat Newton pertama kali mengembangkan teori kalkulus, ia enggan mempublikasikannya. Butuh waktu bertahun-tahun sebelum hasil kerjanya diketahui dunia, itupun setelah ilmuwan lain seperti Gottfried Leibniz muncul dengan teori serupa. Alih-alih menyambut perdebatan ilmiah dengan terbuka, Newton memilih perang diam-diam. Ia melancarkan kampanye hitam terhadap Leibniz, menyebar tuduhan plagiarisme, dan bahkan menggunakan posisinya di Royal Society untuk menjatuhkan saingannya slot bonus new member 100. Semua itu demi melindungi reputasi yang baginya lebih berharga dari kebenaran ilmiah.
Takut Dihancurkan Oleh Kata-Kata
Newton hidup di zaman ketika publikasi ilmiah adalah arena gladiator: penuh intrik, ejekan, dan permainan politik. Namun, alih-alih menjadi pejuang intelektual yang siap bertarung, ia memilih menjadi bayangan yang menarik benang dari balik layar. Ia menunda banyak publikasi penting karena trauma masa lalu, termasuk kritik pedas dari Robert Hooke yang membuatnya hampir berhenti menulis tentang cahaya dan optik.
Ironis, bukan? Seorang lelaki yang mengubah dunia dengan pikirannya, ternyata sangat takut pada suara orang lain. Kecerdasannya luar biasa, tetapi juga rapuh. Newton mengajarkan kita satu hal penting: bahwa menjadi jenius bukan berarti kebal terhadap ketakutan. Justru, sering kali, semakin jenius seseorang, semakin besar bayangan ketakutan yang mengikutinya.